Magetan l gadingnews.co.id- Asna sebutan seorang nama ibu, Tentang salah satu orang tua dari anak lulusan SMK di Kabupaten Magetan. Sangat galau mempersiapkan anaknya masuk kuliah. Saat ini putranya Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Jogjakarta. PKL memakan waktu tiga bulan, anakpun tidak masuk sekolah selama 3 bulan.
(09/08) Asna mengunjungi anaknya yang sedang PKL pada (9/8/2025). Orang tua berinisiatif mencarikan bimbil (bimbingan belajar) di sekitar tempat PKL. Agar bisa mengikuti pembelajaran di sela-sela waktu istirahat PKL. Hal ini sebagai ikhtiar persiapan mengikuti TKA (Tes Kemampuan Akademik).
TKA tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan akademik siswa, menggantikan Ujian Nasional (UN) sebagai salah satu indikator dalam seleksi masuk perguruan tinggi jalur prestasi. Meskipun tidak wajib, sertifikat TKA dapat menjadi nilai tambah dalam seleksi masuk perguruan tinggi yang mulai diberlakukan tahun akademik 2026/2027.
Asna berupaya agar anak tetap belajar, sebagai persiapan kuliah bisa masuk kuliah melalui jalur prestasi. Harapannya dengan kuliah putranya dapat semakin mengembangkan keterampilan, memperdalam pengetahuan, memperluas jaringan, dan peluang kesempatan dan karir di masa depan.
Setelah mengunjungi beberapa Bimbel yang tidak jauh dari tempat PKL anak, Asna mengetahui bahwa belum ada Bimbil yang di desain khusus untuk anak-anak SMK. Bimbil dibuat sesuai dengan kurikulum yang ada di SMA. Menurut pihak Bimbel anak SMK adalah tenaga yang dipersiapakan untuk langsung bekerja setelah lulus sekolah. Karenanya, peluang bimbingannya sangat kecil.
Guru bimbel sampaikan," TKA jenjang SMK hanya meliputi tiga komponen saja, tiga mata pelajaran wajib, Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris, serta dua mata pelajaran pilihan yang bisa dipilih siswa sesuai minat atau program studi yang dituju. Tetapi porsi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris antara SMA dan SMK berbeda karena perbedaan orientasi pendidikan".
Asna mengungkapkan," SMK lebih fokus pada keterampilan praktis yang relevan dengan dunia kerja, sehingga porsi mata pelajaran umum seperti Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris lebih sedikit, dan digantikan dengan mata pelajaran kejuruan. Berbeda dengan SMA yang menekankan pada pemahaman konsep dan teori. Saya khawatir anak tidak dapat mengejar ketertinggalan pada tiga mata pelajaran inti TKA tersebut, terlebih lagi setelah selesai PKL ini sudah menunggu tugas-tugas lainnya di sekolah karena sudah memasuki tahun terakhir.
Lanjut Asna, saya berfikir bahwa andaikata anak bisa masuk kampus sesuai jurusan di sekolah SMK nya ia akan memulainya lagi dari dasar karena lulusan SMA yang masuk kuliah pada jurusan yang sama dengan jurusannya akan memulainya dari dasar. Maka adakah kampus atau jurusan dan prodi yang khusus bagi lulusan SMK sehingga anak-anak SMK bisa langsung semakin melanjutkan pengetahuannya secara detil dan mendalam. Atau adakah pendidikan profesi khusus anak-anak lulusan SMK atau yang semisalnya yang setara S1?. (Moch.Yusuf)
0Komentar